Ketua MD KAHMI Kota Binjai, Soroti Batalnya Unjuk Rasa Damai

SUARA GARDA | KOTA BINJAI Ketua Majelis Daerah Korps Himpunan Mahasiswa Islam (MD KAHMI) Kota Binjai, Herry Dani Lubis, ikut menyoroti batalnya unjukrasa damai yang rencananya akan dilakukan oleh mahasiswa di Kota Binjai pada Senin (11/4) yang lalu.

Sebagai seorang aktifis senior, Herry Dani mempersilahkan awak media untuk menanyakan langsung kepada kordinator atau pimpinan organisasi kemahasiswaan yang batal menggelar aksi tersebut.

“Silahkan tanyakan langsung ke adik adik mahasiswa mengapa tidak jadi menggelar aksi demontrasi. Yang saya tau biasanya berdasarkan pengalaman pribadi saya dulu diera 1998 saat masih aktif terlibat langsung demo di senayan mengkritisi penguasa Orba, batalnya atau ditundanya unjukrasa biasanya berkaitan dengan masalah kesiapan teknis. Namun bisa dibilang hal itu sangat jarang terjadi,” ungkap Herry Dani, Rabu (13/4).

“Yang ada waktu itu dibatalkan secara sepihak oleh aparat keamanan maupun pejabat yang terkait. Sebab kalau mahasiswa mau aksi, biasanya sudah diberikan materi tentang manajemen aksi. Artinya Planningnya sudah matang,” sambungnya.

Saat disinggung adanya isu yang beredar bahwa batalnya unjukrasa pada Senin lalu dikarenakan adanya oknum mahasiswa yang diduga telah menerima upeti dari salah satu oknum agar tidak melakukan aksi tersebut, Pria yang saat ini menjadi seorang Dosen disalah satu Perguruan Tinggi yang ada di Sumatera Utara ini menegaskan bahwa dirinya tidak mau menuduh tanpa adanya fakta yang jelas.

“Namun jika rumor itu benar, saya rasa itu melukaiĀ  perasaan dan nama baik (citra) mahasiswa. Pemimpin mahasiswa seperti itu sebaiknya mundur saja, jangan bikin malu dan menodai perjuangan tulus mahasiswa. Sebab gerakan mahasiswa adalah gerakan moral yang memperjuangkan aspirasi masyarakat,” tegas Herry Dani Lubis.

Sebab menurut pria yang juga pernah menjabat sebagai Ketua KPU Kota Binjai ini, unjukrasa dengan turun ke jalan merupakan bentuk panggilan nurani untuk membela kaum atau masyarakat lemah dan tertindas. “Dan sebagai aktivis mahasiswa dalam bergerak tidak menghitung untung rugi selayaknya pedagang atau pengusaha,” urainya.

Dalam melakukan unjukrasa, lanjut Herry Dani, kita yang turun kejalan juga mengorbankan waktu, tenaga, materi, bahkan nyawapun bisa hilang. “Lihatlah begitu banyak korban yang terluka, hilang atau meninggal dari pihak mahasiswa sebagai akibat melakukan unjukrasa,” bebernya.

Pun begitu, dampak tersebut menurut Herry Dani tidak membuat mahasiswa menjadi takut untuk berunjukrasa.

“Kalau sudah panggilan nurani, tidak ada yang bisa menghalangi bahkan termasuk orangtua sendiripun tidak bisa menghalangi. Saya rasa mahasiswa yang bersikap pragmatis tersebut tidak usah dilibatkan lagi dalam aktivitas pergerakan, sebab bisa merusak. Sebaiknya dikucilkan saja, biar dia sadar dan insyaf. Jangan kasi jabatan atau kewenangan apapun. Toh dia akan merasa malu sendiri, itupun jika dia masih punya iman,” singgung Herry Dani.

Sebagai seorang aktifis, Herry Dani menghimbau kepada rekan rekan mahasiswa untuk menjaga nama baik dan citranya. Sebab menurutnya gerakan moral jangan sampai dirusak dengan gerakan pragmatis kepentingan sesaat.

“Berbuatlah untuk orang banyak tanpa pamrih. Percayalah!!! ketulusan perjuanganmu akan ada balasan dalam bentuk lain yang tak diduga cepat atau lambat dari Allah SWT. Yg pntg berbuat atas dasar keikhlasan, insya Allah,” himbaunya.

Diakhir ucapannya, Herry Dani juga mengatakan, khusus aktivis muslim, pastinya hafal dan faham dengan dalil yang berbunyi “Intansurullah yansurukum” yang artinya, apabila anda membantu/mendukung tegaknya ajaran Allah, maka Allah akan menolongmu.

“Pertolongan Allah itu tidak seketika (instant), bisa datang dalam waktu yang lama. Yakinlah setiap amal saleh pasti akan dapat ganjaran baik,” demikian ujar Herry Dani diakhir ucapannya. [KP]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *