banner 728x250

Tengku Amir Husin Al Mujahid, Cendekiawan Muslim Dan Seorang Mayor Jenderal Kehormatan di Zaman Revolusi, Bagian Ke- II. Putra Tengku Amir Husin Al Mujahid Ke-17, Angkat Bicara

banner 120x600
banner 468x60

SUARA GARDA ACEH TAMIANG

Biografi
Aceh banyak melahirkan tokoh-tokoh, ulama besar yang berperan penting dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang, dengan cita-cita suci meneruskan perjuangan para leluhur untuk menegakkan Syariat Islam, di Aceh.

banner 325x300

Salah seorang tokoh yang berperan penting dalam cita-cita pemberlakuan syariat Islam, adat istiadat serta budaya yang bernafaskan Islam untuk tumbuh berkembang di Aceh, yaitu Tengku Amir Husin Al Mujahid. Lahir Tahun 1900, di Gampong Alue Jangat Kecamatan Idi Rayeuk (Kecamatan Darul Ikhsan, sekarang) Aceh Timur. Tengku Amir Husin Al Mujahid tumbuh dan berkembang didalam keluarga Ulama dan Bangsawan.

IV. Pengalaman Hidup & Motivasi
Sebelum menyelesaikan pendidikan di Madrasah Al Masyrurrah Tanjung Pura Kesultanan Langkat, Tengku Amir Husin Al Mujahid kembali ke kampung halaman menempuh pendidikan, dari satu pesantren ke pesantren lainnya yang ada di Aceh.

Di tahun 1930, dengan swadaya sendiri, Tengku Amir Husin Al Mujahid bersama para sahabat membangun cikal bakal Madrasah Darussunnah, yang terletak di Gampong Alue Jangat, Kecamatan Darul Ikhsan (dulu masuk dalam wilayah Kecamatan Idi Rayeuk) Aceh.

Pada Bagian Ke- I, Amir Hasan Nazri Al Mujahid, SH, Putera Ke- 17, dari 17 orang putera dan puteri Tengku Amir Husin Al Mujahid menjelaskan, bahwasannya sekira tahun 1928-1935, Ayahanda Allahyarham Amir Husin Al Mujahid telah bergabung dengan kawan-kawannya didalam organisasi perintis kemerdekaan.

Puncaknya oleh pemuda Aceh di zaman itu sepakat secara aklamasi memilih Almarhum Tengku Amir Husin Al Mujahid sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) yang merupakan salah satu under bow dari organisasi Pergerakan Perintis Kemerdekaan di Aceh, PUSA, yang dipimpin oleh Ketua Umumnya Tgk. Muhammad Daud Beureueeh, jelas Amir Hasan Nazri Al Mujahid, SH, Kamis (16/01/25), pada Bagian Ke-I.

Selama menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pemuda PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh).
Tengku Amir Husin Al Mujahid memberikan pendidikan politik kesadaran kebangsaan (rasa nasionalisme) pada masyarakat Aceh waktu itu, khususnya bagi kalangan pemuda. Karena aktivitas tersebut, Tengku Amir Husin Al Mujahid bersama salah seorang sahabat (Pengurus teras PB Pemuda PUSA) ditangkap oleh Kompetai Jepang (Polisi Militer Dai Nippon), sekira tahun 1942-1945.

Kemudian, aktivitas selanjutnya masih dalam jabatan Ketua Umum PB Pemuda PUSA, melalui sahabat dekatnya yang saat itu berprofesi sebagai seorang saudagar bergerak bidang ekspor impor, bernama Sayed Abubakar, M. Yasin dan beberapa sahabat lainnya, Tengku Amir Husin Al Mujahid, mengkonsolidasikan para pemuda Aceh untuk melakukan perlawanan terhadap Nica-Sekutu, berkolaborasi dengan tentara Jepang (Dai Nippon) yang bermarkas di Singapore membawahi wilayah Asia Tenggara dipimpin oleh Panglimanya, Letnan Jenderal Fujiwara.

Untuk melakukan perlawanan terhadap Sekutu-Nica, oleh Letnan Jenderal Fujiwara dibentuklah sebuah Badan Rahasia yang diberi nama Fujiwara Kikan, yang lebih dikenal dengan, Barisan “F”.

V. Romantika Percintaan Tengku Amir Husin Al Mujahid

Romantika percintaan Tengku Amir Husin Al Mujahid, terjadi disaat bergantinya sistem pemerintahan dari sistem monarki menjadi sistem Pemerintahan Demokrasi (Proklamasi RI 17-08-1945).

Diawal Kemerdekaan Republik Indonesia itu, salah seorang Puteri dari Raja Karang Tamiang terakhir, Tengku Mohammad Arifin dengan salah seorang isterinya yang bernama Tengku Maimunah binti Tengku Bidar Alamsyah (Sultan Bilah terakhir) bergelar Tengku Permaisuri di Karang, dikaruniai enam putera-puteri. Salah seorang puterinya yang bernama Tengku Mariani di Persunting oleh Panglima Tentara Perjuangan Rakyat (TPR) Divisi Tengku Chik di Paya Bakong, Tengku Amir Husin Al Mujahid (Tahun 1946).

Dalam beberapa referensi, sosok Al Mujahid selama ini dipersangkakan ‘Membunuh’ Raja Karang Tamiang Terakhir Tengku Mohammad Arifin, lantas mempersunting Almarhumah Tengku Maimunah binti Tengku Bidar Alamsyah sebagai isterinya.

Diketahui, melalui artefak (makam) Tengku Maimunah yang bergelar Tengku Permaisuri di Karang, mangkat pada tahun 1954, karena sakit.

Sementara Tengku Mohammad Arifin mangkat pada tahun 1962, karena sakit tua.

Keduanya, baik Tengku Mohammad Arifin maupun Tengku Maimunah dimakamkan di Komplek Pemakaman Raja-Raja Karang Tamiang yang terletak di belakang Masjid Al Huda Kampung Tanjung Karang Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Propinsi Aceh.

Penulis: M. Rotuah

Sumber: Amir Hasan Nazri Al Mujahid, SH, Putera Ke- 17, dari 17 orang putera dan puteri Tengku Amir Husin Al Mujahid.

Keterangan Foto: Tengku Amir Husin Al Mujahid, Panglima Tentara Perjuangan Rakyat (TPR) Divisi Tengku Chik di Paya Bakong (doc foto koleksi keluarga 1946)

Bersambung

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *